HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Oleh Agusri
A.
Pengertian Hakikat
Menurut
bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat
syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf
orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata
diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B.
Pengertian Manusia
Manusia
adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah.
Membicarakan
tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi
yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para
penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki
perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social
(superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional
(akali), dan moral (nilai).
Para
penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia
mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis
(aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior
yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah
laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para
penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu
tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir ,
memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan
manusia.
Dalam
al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan
dan al-nas.
Kata basyar
dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun
mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar
selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat,
atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum
(al-mu’minuum : 33).
Kata insan
disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu
allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau
spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul
amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus
bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas
disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii
haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia
dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua
manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan
demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan
social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya
manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat
dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia
memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada
dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan
filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus
makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa
manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa
ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan
memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.
Asal Mula
Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
Jika kita
berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali dipikiran
adalah teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin
dijelaskan bahwa manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat
Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi adam a.s.
Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih terus mencari bukti untuk memastikan
asal mula manusia.
1. Teori
Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan
Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang
mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai
dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk
peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat
kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini :
a.
Australophithecines
b. Homo
habilis
c. Homo
erectus
d. Homo
sapiens
Genus yang
dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis
digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari
selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang
telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar
dan kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan
menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus >
Homo Habilis > Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara
tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis
selanjutnya.
2. Asal Mula
Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah
Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita”
tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia
akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu
diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman
inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap
dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang
pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan
tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka.
Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada
Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda
mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah
menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan
Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap
dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah
ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima
ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia
yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan
memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia
diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan
keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati
lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Demikianlah
dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa sebenarnya manusia
pertama di bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah manusia
pertama sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran. Apakah kalian setuju bahwa
Nabi Adam a.s adalah nenek moyang manusia? Tergantung pada kepercayaan kalian
masing-masing.
C. Tujuan
Penciptaan Manusia
Tujuan
penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Pengertian
penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi,
baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan
manusia.
Oleh kerena
penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak membutuhkan
sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Penyembahan
yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada
kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah
ciptakan.
D. Fungsi
dan Peran Manusia
Berpedoman
pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan
sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku
ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang
hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di
antaranya adalah:
1. Belajar
2.
Mengajarkan ilmu
3.
Membudayakan ilmu
Oleh karena
itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba
Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri,
pada masyarakat, pada Allah SWT.
E. Tanggung
Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1) Tanggung
jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang
esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena
itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran”
(jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung
Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia
diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu
tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan
alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena
itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja
keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk
amal saleh.
F. Hakikat
Manusia
Hakikat
manusia adalah sebagai berikut :
1) Makhluk
yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu
yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3) Seseorang
yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
selama hidupnya.
5) Individu
yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.
6) Individu
yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar