Selasa, 06 Mei 2014

Tafsir Biira'yi



Tafsir Birra’yi
Oleh : Muhith, M.Ag
Mannan al-Qattan mengemukakan yang dimaksud tafsir bi ar-ra'yi (disebut pula tafsir bi ad-dirayah atau bi al-ijtihad) adalah :
هو ما يعتمد فيه المفسر في بيان المعنى على فهمه الخاص واستنباطه بالرأي المجرد
Yaitu seorang mufassir berpegang dalam menjelaskan makna berdasarkan pemahamannya yang husus dan pengemabilan kesimpulan dengan ra'yu.[1]
Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metoda tafsir karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur’an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Contoh Tafsir bir ra’yi dalam Tafsir Jalalain: “khalaqal insaana min ‘alaq” (QS Al Alaq 2) Kata ‘alaq di sini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz ‘alaqah yang berarti segumpal darah yang kental. Beberapa tafsir bir ra’yi yang terkenal antara lain: Tafsir Al Jalalain (karya Jalaluddin Muhammad Al Mahally dan disempurnakan oleh Jalaluddin Abdur Rahman As Sayuthi), Tafsir Al Baidhawi, Tafsir Al Fakhrur Razy, Tafsir Abu Suud, Tafsir An Nasafy, Tafsir Al Khatib, Tafsir Al Khazin.
Para ulama membagi corak tafsir bi ar-ra'yi dalam dua bagian, ada yang dapat diterima / terpuji (maqbul / mahmud) dan ada pula yang tercela / ditolak (mardud / madzmum).



1. Mannan al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Qur'an ( t.k. : Mansyurat al-'Asr al-hadits. 1973), hlm. 347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar